Kerja dengan cinta


(Dari tulisan Herry Tjahjono, Kompas 6 November 2010)

Ada 3 tingkatan manusia dalam menjalani tugas kehidupannya. 1.Manusia yang menerima dan menjalani tugas kehidupannya sebagai kewajiban didasari oleh prinsip penawaran diri, transaksional. Artinya seseorang menawarkan dirinya melakukan tawar menawar sehingga usaha, kerja dan kinerjanya selalu dihubungkan dengan seberapa besar hasil yang didapat.Orang seperti ini biasanya akan lari dari tanggung jawab jika menghadapi resiko atau bahaya. Pejabat yang sembunyi di balik punggung atasannya, menteri yang berondok di balik ketiak presiden atau mereka yang melarikan diri, para koruptor atau petugas kereta api yang bekerja seadanya sehingga menyebabkan kecelakaan adalah contoh-contoh manusia yang transaksional. 2.Kedua adalah manusia yang menjalankan tugas kehidupannya sebagai amanah dilandasi oleh prinsip pengabdian diri, moral. Orang-orang ini akan melakukan tugasnya dengan semangat pelayanan. Implikasi dari prinsip ini membuat seseorang bekerja dengan azas kepatuhan. Sebesar apapun risikonya, ia akan menjalankan tugas kehidupannya dengan taat. Orang-orang amanah ini setingkat diatas mereka yang transaksional. Mereka menjalankan tugasnya dengan patuh dan sebaik-baiknya sesuai dengan target yang dilekatkan kepadanya meski mungkin gaji atau hasil yang diterima kecil dan tidak sebanding dengan besarnya tugas yang diemban. Seperti petugas-petugas pengamatan gunung berapi yang mempertaruhkan nyawanya dalam melakukan tugasnya. 3.Yang ketiga adalah manusia yang menjalankan tugas kehidupannya sebagai sebuah cinta dilandasi oleh prinsip penyerahan diri. Tugas itu seberapa, apapun dan beresiko akan diterima, digeluti dan dijalani dengan penuh cinta. Mereka menjalankannya karena mencintai tugas itu, mencintai siapapun yang mereka layani atau penikmat hasil kerjanya. Mereka bekerja melampaui kewajiban mereka. Mereka tidak hanya bekerja sekedar memenuhi target yang dibebankan tetapi bahkan melebihi target-target tersebut meski tidak pernah diminta atau diawasi sekalipun. Bahkan mereka “menyerahkan dirinya” untuk tugas itu, untuk mereka yang menikmati hasil kerjanya. Orang-orang yang bekerja di pos pengamatan merapi dan para relawan tampaknya sudah berada di tataran ini. Bagaimana membuat orang-orang seperti ini ? ditengah-tengah dunia yang kapitalis dan konsumtif ?. Kita harus tetap optimis…meskipun mungkin sangat sulit….. Bangsa dan negara kita memerlukan orang –orang seperti ini agar tetap tegak berdiri.

About anaroeni

someone that has a lot of thing in her head and need to express her ideas to be shared with other people
This entry was posted in Non- Fiction. Bookmark the permalink.

Leave a comment